Laman

Selasa, 04 Januari 2011

DI BALI


TERJADI NYA SELAT BALI

 di kutip dari : "bintang pesona jaya"
     
     Dahulu kala di Blambangan ada seorang Begawan bernama Sidi Mantra. Ia adalah seorang Begawan yang kaya raya dan berbudi pekerti luhur. Pengetahuan agamanya sangat luas dan sangat di segani oleh masyarakat di sekitarnya.
     Ia mempunyai seorang istri yang cantik dan baik hati. Dari perkawinanya ini ia di karuniai seoran ganak laki-laki yang di beri nama Manik Angkeran. Mereka berharap anaknya ini akan mewariskan ilmu dan ketokohan sang ayah di masyarakat Bali.
     Sang Begawan berusaha mendidik Manik Angkeran dengan budi pekerti yang baik dan pengetahuan agaman yang diyakininya. Ia sangat ketat dan disiplin dalam memberikan pelajaran kepada anaknya.
     Di depan ayahnya Manik Angkeran seolah nank yang penurut. Namun sungguh aneh di luar ia ternyata tidak demikian. Ia suka berteman dengan anak-anak remaja yang suka berjudi.


      Akibatnya ia juga suka judi sambung ayam dan main dadu. Karena harta kedu orang tuanya cukup banyak maka tidak sulit bagi Manik Angkeran untuk minta jatah uang kepada ibunya setiap hari.
      Dan setiap hari ia tak jemu-jemunya main judi. Ia sudah diperingatkan oleh ayah dan ibunya namun tak mau menghentikan kebiasaan buruknya.
      Lama-lama harta sang Begawan terkuras abis. Ini tentu membuat sedih hati sang ibu. Harta kedua orang tuanya habis tetap tidak membuat Manik Angkeran kapok. Ia terus saja bermain judi dengan cara berhutang kepada bandar judi.
      Hingga suatu ketika karena hutangnya sangat banyak, Manik Angkeran menghilang entah kemana, ia tak berani pulang kerumah. Suatu hari, ada dua oramg bandar judi yang datang menghadap Megawan Sidi Mantra untuk menagih hutang Manik Angkeran. Tentu sang Begawan menjadi malu. Namun karena Manik Angkeran anak satu-satunya maka ia bersedia membayar hutangnya.
     "Baiklah besok aku lunasi hutang anak ku itu." kata sang Begawan.
     Begawan Sidi Mantra teringat pada sahabatnya yang tinggal di lereng Gunung Agung sebelah tumur. Sahabatnya itu mempunyai harta yang melimpah/ Lalu, berangkatlah Begawan Sidi Mantra kearah timur dengan membawa genta pemujaannya.
     "Aku berharap mudah-mudahan setelah hutangnya lunas Manik Angkeran segera sadar dan tidak mau main judi lagi." demikian bisik hati sang Begawan Sidi Mantra.
     Setelah tiba dilereng Gunung Agung, Begawan Sidi Mantra mulai mengucapkan mantra sambil membunyikan gentanya. Tak lama kemudian, keluarlah seekor naga besra bernama Naga Besuki.
     "Hai, Begawan Sidi Mantra, apa maksudmu memanggilku?" tegur sang Naga.
     "Ketahuilah sang Besuki, kekayaanku di abiskan oleh anakku untuk berjudi. Sekarang hutangnya menumpuk dan di kejar-kejar oleh orang tempatnya berutang. Bantulah aku agar bisa membayar utang anaku.
     "Baiklah Begawan Sidi Mantra. Tetapi nasehatilah anakmu agar berhenti berjudi. Karena menurut ajaran agama berjudi adalah pekerjaan nista."
     Begawan Sidi Mantra menyanggupi melaksanakan segala nasehat Naga Besukih. Dengan menggetarkan tubuhnya, keluarlah emas dan intan dari sisik sang Nga Besukih.
     "Pungutlah itu sang Begawan! Bayar semua utang anakmu. Ingat, jangan dibiarkan lagi ia berjudi.
   
   
     Setekah memungut semua emas dan intan yang diberikan Naga Besukih, pulanglah Begawag Sidi Mantra ke Jawa Timur. Semua utang anaknya dibayar, seraya menasehati agar anaknya tidak lagi berjudi.
     Akan tetapi, nasehat ayanya tidak dihiraukan oleh Manik Angkeran. Tak berapa lama, utang Manik Angkeran menumpuk kembali. Seperti biasa kalau utangnya sudah menumpuk banyak Manik Angkeran tidak berani pulang kerumah. Ia bersembunyi entah kemana.
     Lagi-lagi bandar judi datang kerumah Begawan Sidi Mantra untuk menagih utang Manik Angkeran.
     "Kurang ajar!!! Jadi anak itu masih belum kapok juga bermain judi..........!" desah sang Begawan."Aku terpaksa minta bantuan lagi Pada sahabatku Naga Besukih. Meskipun Begawan Sidi Mantra agak kesal, akhirnya ia berangkat juga menghadap sang Naga Besukih untuk memohon bantuan. Setibanya di Gunung Agung, Begawan Sidi Mantra mengucapkan mantra sanbil membunyikan gentanya. Naga Besukih pun keluar dari istananya.
     "Begawan Sidi Mantra, apalagi kepentinganmu memanggil aku?"
     "Aduh sang Besukih, sekali lagi aku minta tolong agar aku bisa membayar utang-utang anakku. Aku sudah tidak punya apa-apa. Utang terus menumpuk. Semua nasehatku tidak dihiraukannya."
     "Ternyata anak mu telah membangkang. Ia tidak punya rasa hormat kepada orang tuanya. Untuk kali ini aku akan membantumu lagi."
     Setelah menggerakkan tubuhnya, keluarlah emas dan permata dari sisik Naga Besukih. Begawan Sidi Mantra mengumpulkan emas dan permata itu, lalu mohon diri.
     Setiba dirumahnya segera Begawan Sidi Mantra utang anaknya. Manik Angkeran merasa heran karena melihat ayahnya dengan mudah mendapatkan harta yang melimpah. "Ayah, dari mana ayah mendapatkan harta sebanyak itu?"
     "Sudahlah, Manik Angkeran, jangan kau tanyakan dari mana ayah mendapatkan harta itu. Berhentilah kau berjudi. Jika sekarang kau punya hutang lagi, ayah tidak akan membantumu. Ini adalah bantuan ayah yang terakhir."
     Tak lama kemudian, utang Manik Angkeran pun menumpuk lagi. Untuk minta bantuan kepada ayanya pun tak berani lagi. Oleh karena itu, ia bertekad untuk mencari sumber harta itu sendiri. Dari beberapa orang kawannya, ia mendapatkan keterangan bahwa Begawan Sidi Mantra mendapatkan harta kekayaan di sebalah Gunung di sebalah timur bernama Gunung Agung. Kemudian Manik Angkeran Merengek-rengek, merayu ibnya agar memberitahukan rahasia ayahnya mendapatkan harta di Gunung Agung.
     Mula-mula sang ibu merasa keberatan. Ia adalah istri yang setia. Tak mungkin ia berani mengkhianati suaminya. Namun Manik Angkeran hampir setiap hari merayu ibunya.
     "Wahai ibu, hanya sekali ini saja. Bila hutang-hutang saya sudah lunas saya akan berhenti main judi dan menjadi anak ayng penurut," kata Manik Angkeran
     "Benarkah Manik?" tanya ibunya.
     "Sumpah Bu, aku berjanji demi kehormatan ayah."
     Sang ibu akhirnya terpengaruh. Ia yang sudah diberitahu oleh suaminya tentang tata cara mendapatkan harta di Gunung Agung segra bercerita tanpa sepengetahuan suaminya.
     "Tapi tunggu dulu beberapa hari lagi...."
     "Ah, ibu...orang-orang terus mengejar-ngejar saya untuk menagih hutang saya. Sejauh ini mereka sudah ku minta untuk tidak datang kerumah ini. Tapi lama-lama jika saya tidak segera menemui mereka pastilah mereka menagih kerumah lagi.
     "Ya Manik, tapi kita harus menunggu ayahmu berpergian lebih dulu. Ibu tak bisa mengambil genta ajaib bila ayahmu masih berada dirumah."
     "Yah, terus bagaimana bu?"
     "Terpaksa harus menunggu...." desah ibunya.
     Kebetulan esok harinya Begawan Sidi Mantra berpergian ke desa lain untuk memberikan ceramah agama. Pada saat itulah sang ibu dan anak beraksi. Diambilah genta ajaib dari tempat pusaka ayahnya. Lalu di berikan genta itu pada Manik Angkeran.
     "Dengan genta ajaib inilah ayahmua memanggil Naga Besukih untuk mendapatkan sisik emasnya." kata sang ibu.
     Manik Angkeran pun berangkat berangkat ketimur setelah membawa genta ayahnya. Setibanya di Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan genta ayahnya. Naga Besukih merasa terpanggil oleh bunyi genta itu. tetapi ia merasa heran tidak mendengar mantra yang diucapkan. Sang Naga Besukih segera muncul. Dilihatlah Manik Angkeran datang membawa genta ayahnya. Menyaksikan Hal ini, Naga Besukih sangat marah.
     "Hai, Manik Angkeran, ada apa kamu memanggil aku dengan genta ayahmu?"
     "Sang Naga Besukih, aku menghadapmu untuk memohon bantuan memberikan harta, agar aku bisa membayar utangku, aku akan dibunuh kalo aku tidak melunasi utangku pada orang-orang tempatku berutang. Kasihanilah aku," kata Manik Angkeran dengan sedih.
     "Kenapa aku harus menolongmu?" kata Naga besukih.
     "Karena aku anak sahabatmu........"
     "Tapi kau anak yang kurang ajar!"
     Aku...berjanji hanya kali ini saja...!"
     "Janji penjudi apa bisa dipercaya?"
     "Aku bersumpah tidak akan bermain judi lagi!"
     "Benarkah?"
     "Demi langit da bumi, demi Gunung Agung!" kata Manik Angkeran meyakinkan.
     "Aku meragukan sumpahmu....!"
     "Kalau begitu.kau bukan sahbat ayahku....."
     Aku tetap sahabat ayahmu," sahut sang Besukih.
     Tapi kenapa tidak mau menolongku?" tukas Manik Angkeran.
     "Karena aku kawatir kau akan main judi lagi..."
     Aku hanya ingin di bantu sesuai jumlah hutangku saja......setelah bayar hutang aku akan berbakti kepada ayah dan ibuku mendalami ilmu agama agar lebih dekat dengan Sang Hyang Widhi. Tapi.....kalau kau tak mau menolongku....ya sudahlah...."ujar Manik Angkeran dengan kesedihan yang dalam.
     menyaksikan kesedihan Manik Angkeran, Naga Besukih merasa kasihan. Ia pun berjanji membantu Manik Angkeran.
     Setelah memberikan nasehat panjang lebar, Naga Besukih membalikan tubuhnya untuk mengambil harta yang akan diberikan kepada Manik Angkeran.
     Pada saat itu, ekor Naga Besukih masih berada di permukaan tanah, sedangkan kepala dan tubuhnya masuk kedalam bumi.
     Melihat ekor Naga Besukih penuh dengan intan berlian besar-besar, timbulah maksud jahat Manik Angkeran. Ia mengeluarkan kerisnya lalu memotong ekor Naga Besukih.
     Naga Besukih meronta dan membalikakn tubuhnya. Akan tetapi, Manik Angkeran telah pergi. Naga Besukih mengejar Manik Angkeran, tetapi tidak dijumpai. Yang dijumpai hanyalah bekas tapak kakinya. Dengan kekuatan yang luar biasa. Naga Besukih menyedot telapak kaki Manik Angkeran.
     Ajaib tiba-tiba tubuh Manik Angkeran berda di hadapan Naga Besukih.
     "Anak kurang ajar! Tak tahu diri!" teriak Naga Besukih dengan marah dan sepasang mata menyala-nyala.
     Manik Angkeran gemetar ketakutan. Tak disangka ia yang sudah berlari jauh tiba-tiba tersedot kekuatan gaib dan berada di hadapan sang Naga Besukih.
     "Ampun.....ampun.....Naga....!
     "Kamu tak bisa di ampuni lagi. Harus di beri pelajaran!"
     Lalu Naga Besukih menyemburkan hawa panas bercampur racun dari mulutnya ke arah tubuh Manik Angkeran. Tubuh Manik Angkeran terlempar beberapa meter dan seketika tubuhnya terbakar hangus menjadi abu.
     Di Blambangan Begawan Sidi Mantra sedang gelisah karena anknya menghilang. Genta pemujaanya pun tidak ada ditempatnya. sang istri segera menceritakan apa yang telah dilakukanya.
     "Aduh celaka istriku! Aku harus segera menyusul Manik," kata sng Begawan.
     Begawan Sidi Mantr dapat memastikan anaknya pergi ke Gunung Agung untuk mencari harta.
     Seketika itu, berangkatlah Begawan Sidi Mantra menuju Gunung Agung. Sesampainya di sana, dilihatnya Naga Besukih sedang berda diluar istananya. Dengan tergesa-gesa Begawan Sidi Mantra menegur Naga Besukih.
     "Hai sang Besukih adakah anakku Manik Angkeran datang kemari?"
     "Ya, ia telah datang kemari untuk minta harta guna melunasi utang-utangnya. Ketika aku membalikakn tubuhku hendak mengambilkan harta, ia memotong ekorku karena tergiur oleh intan berlian yang besar-besar di ekorku. Aku telah membakarnya sampai musnah, karena anakmu tak tau membalas budi. Sekarang apa maksud kedatanganmu Begawan Sidi Mantra?"
     "Maafkanlah aku sang Besukih! Anakku cuma satu. Karena itu aku mohon kepadamu agar anakkua kembali."
     "Untuk apa?"
     "Dia toh tetap anakku..."
     "Tapi dia bener-bener kurang ajar!"
     "Aku akui aku teledor, membiarkan ibunya memanjakannya. Tapi sekarang aku akan mendidiknya dengan sungguh-sungguh. Aku yakin dia akan menjadi anak yang baik."
     "Kau yakin....?"
     "Yakin sekali....kukira dia telah mendapatkan pelajaran setimpal atas kesalahannya. Kau telah menghukumnya. Ini akan membuatnya jera. Maka hidupkanlah anakku lagi."
     "Demi pershabatan kita aku akan memenuhi permintaanmu, tetapi aku minta agar ekorku kembali seperti semula.
     "Baiklah, aku pun akan memenuhi permintaanmu." Dengan mengerahkan kekuatan batin masing-masing, Manik Angkeran pun hidup kembali. Demikian pula ekor Naga Besukih utuh seperti semula.
     setelah memberi nasehat panjang lebar kepada anaknya, Begawan Sidi Mantra pulang ke Blambangnan Jawa Timur. Manik Angkeran tidak diperbolehkan ikut seta. Ia di suruh tinggal di sekitar Gunung Agung. Karena sudah sadar akan kekeliruannya, Manik Angkeran tunduk kepada perintah orang tuanya.
     "Jangan pernah kembali lagi ke Blambangan. Jika kau kembali kesana kau pasti bertemu dengan kawan-kawanmu penjudi."
     "Saya sudah kapok yah...Saya bener-bener sudah bertobat sekarang."
     "Baiklah kalau begitu, ayah akan kembali ke Blambangan."
     Begawan Sidi Mantra berjalan menuruni lereng Gunung Agung. Hatinya masih merasa was-was, jangan-jangan anaknya akan menyusul ke Blambangan.
     "arus ada sesuatu yang menghalanginya ke Blambangan," guman snag Begawan
     Ketika Begawan Sidi Mantra tiba di sebuah tanah genting, ditorehkannya tongkatnya ke tanah. seketika bekas torehan itu bertambah lebar dan air laut naik menggenanginya. kemudian terjadilah sebuah selat, yang kini bernama SELAT BALI.


http://theytha.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar